Apa itu Kawin Tangkap Budaya Sumba?

Apa yang kamu tahu tentang Sumba?

Padang savana yang indah, tradisi Pasola, perkampungan kuno Wainyapu.  Betul. Tapi masih ada yang lain yang belum lama ini membuat geger orang se-Indonesia. Kawin tangkap. Yup! Kawin tangkap Sumba yang merupakan tradisi turun temurun. Banyak yang menilai kawin tangkap merupakan tradisi yang harus dilestarikan. Tapi yang lain menilai tradiri kawin tangkap merugikan perempuan karena itu harus dihilangkan.

Bagi traveler sejati, mengunjungi tempat-tempat baru, tentu tidak hanya soal membuat foto bagus di destinasi wisata tersebut. Tapi juga bagaimana mempelajari dan memahami tradisi budaya di tempat tersebut. Oleh-oleh perjalanan bukan hanya foto, tapi juga cerita menakjubkan tentang suatu tempat yang menjadi kekayaan tak terlihat.

O ya, bagi traveler yang belum tahu. Kawin tangkap adalah satu aktivitas dari pihak lelaki untuk menangkap atau mengambil perempuan dan membawanya pulang untuk dijadikan istri. Perempuan itu bisa ditangkap di rumahnya atau di tempat lain. Setelah itu proses pernikahan secara adat baru dilakukan.

Oke, sebelum kamu menjadi gagal paham, kita lihat lebih jauh tradisi kawin tangkap di Sumba.

Kawin Tangkap Dalam Tradisi Sumba.

Tradisi peminangan dalam adat Sumba. Sumber: antarafoto.com

Dalam tradisi lama Sumba,  tradisi kawin tangkap tidak serta merta bisa dilakukan. Tradisi kawin tangkap biasanya dilakukan oleh keluarga kaya karena terkait dengan mahar yang harus dibayarkan pada  pihak perempuan mahal.

Perempuan yang akan ditangkap sudah dipersiapkan, sudah didandani pakaian adat lengkap. Pria yang akan menangkap perempuan itu juga sudah mengenakan pakaian adat dan menunggang kuda Sumba yang berhias kain adat. Setelah perempuan ditangkap, pihak orang tua laki-laki langsung bawa satu ekor kuda dan sebuah parang Sumba ke pihak perempuan sebagai simbol permintaan maaf dan mengabarkan bahwa si perempuan sudah ada di rumah pihak laki-laki.

Jika adat ini sudah berjalan, tidak ada lagi persoalan diantara dua keluarga dan perempuan diperlakukan dengan terhormat sesuai tradisi Sumba. Jadi tidak ada paksaan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan.

Kawin Tangkap Sekarang

Namun tradisi kawin tangkap yang terjadi sekarang sudah melenceng dan tidak sesuai lagi dengan tradisi sebagaimana yang terjadi baru-baru ini.

Kawin tangkap sekarang lebih mirip penculikan dan mempermalukan perempuan. Perempuan ditangkap di pasar atau di pusat keramaian, kemudian dipaksa menikah dengan laki-laki yang tidak disukau, bahkan tidak dikenal. Perempuan ditangkap dan dipaksa untuk menikah dalam kawin tangkap oleh pihak laki-laki menjadi kekerasan teroraganisir terhadap perempuan.  Yang terjadi, kawin tangkap yang seharusnya menjadi kekayaan tradisi Sumba justru menimbulkan persoalan baru.

Praktik kawin tangkap yang terjadi sekarang, tidak hanya merendahkan perempuan, tapi juga melecehkan tradisi yang turun temurun ada di Sumba. Kawin Tangkap juga merusak tradisi luhur nenek moyang orang Sumba.

Bukan Tradisi

Tradisi peminangan dalam adat Sumba. Sumber:: antarafoto.com

Ada banyak perbedaan pendapat mengenai kawin tangkap.

Ada yang mempercayai, kawin tangkap sebagai tradisi yang sudah ada secara turun temurun. Tradisi atau budaya yang harus dilestarikan.

Tapi beberapa peneliti mengatakab, kawin tangkap bukan tradisi atau budaya Sumba. Kawin tangkap merupakan praktik yang dilakukan terus menerus berulang di Sumba dan tidak ada yang mencegahnya. Perempuan menjadi korban dalam praktik seperti ini.

Kawin Tangkap Sebagai Tradisi Eksotis Sumba

sumber: purnamaayurizky.com

Diluar silang sengkerut yang meliputi tradisi kawin tangkap, ayo kita bayangkan tradisi kawin tangkap sebagai tradisi baik yang perlu dilestarikan.

Traveler yang datang ke Sumba pasti penasaran dengan tradisi kawin tangkap. Tentu saja yang kita ambil tradisi kawin tangkat yang lama. Perempuan dengan pakaian adat lengkap dengan gelang gading dan aneka perhiasan lainnya, ditangkap lelaki mengenakan pakaian adat yang datang  menunggang kuda Sumba yang gagah, kemudian dilanjutkan dengan proses perkawinan dalam adat Sumba yang megah. Tentu saja traveler bisa mengikuti tahapan dalam perkawinan Sumba seperti; tunda binna (tahap ketuk pintu), kette katonga (tahap masuk minta), dan dikki (tahap pindah).

Bayangkan budaya kawin tangkap dalam tradisi lama itu ada di agenda wisata Sumba. Mungkin kawin tangkap bisa menjadi rangkaian jadwal wisata yang sepopuler tradisi Pasola. Traveler akan berduyung-duyun datang untuk menyaksikan tradisi perkawinan Sumba yang unik.

Andai begitu, alangkah indahnya.

You may also like...