Kampung Wunga, Kampung Tertua di Sumba

Perkampungan-perkampungan adat masih terjaga dengan lestari di tanah Sumba.

Beberapa diantaranya yang sudah banyak dikenal adalah Kampung Adat Praiyawang, Kampung Adat Ratenggaro dan Kampung Adat Pasunga.

Selain kampung-kampung tersbut, ternyata masih ada kampung-kampung adat lainnya yang tak kalah menarik.

Tersebutlah Kampung Wunga. Kampung ini merupakan kampung tertua di Sumba Timur. Kata wunga berasal dari kawunga yang berarti awal.

Di Kampung Wunga wisatawan bisa mengambil foto, melihat masyarakat menenun secara tradisional, melihat arsitektur rumah Sumba, melihat tari tradisional serta melihat kuburan megalitik yang menakjubkan.

Baca juga: Kampung Adat Praiyawang di Sumba Timur

Sejarah Wunga, Kampung Tertua di Sumba Timur

Kampung Wunga – Harry Sofian

Dikutip dari buku Sejarah, Musyawarah dan Adat Istiadat Sumba Timur, penduduk pertama Pulau Sumba disebut-sebut terdiri dari 8 orang, yakni 4 orang laki-laki dan 4 orang perempuan, yang datang dari tanah Malaka.

Sempat berpindah satu tempat ke tempat lainnya, akhirnya mereka sampai ke sebuah tempat yang dinamai Matawai Wunga.

Seiring dengan perjalanan waktu, tempat ini berubah nama menjadi Prai Wunga, kemudian dikenal menjadi Kampung Wunga.

Kampung Wunga, perkampungan tertua di tanah Sumba. Foto: sumbatimurkab.go.id

Kebudayaan Megalitikum Kampung Wunga

Jika mengunjungi Kampung Wunga, kita akan mendapati bangunan-bangunan batu yang masih berdiri kokoh.

Peninggalan era prasejarah Sumba ini memang masih terjaga dengan baik, karena peran serta warga setempat yang masih melestarikan kebudayaan megalitikum.

Hal ini juga tak terlepas dari kepercayaan yang masih dianut warga setempat. Sebagian warga di kampung ini masih memeluk kepercayaan Marapu.

Kepercayaan ini memberikan peghormatan pada arwah nenek moyang, dan mempercayai bahwa batu besar memiliki kekuatan yang sakral.

Oleh karena itu, kita masih bisa mendapati bangunan megalitikum di sini.

Rumah tradisional di Kampung Wunga. Foto: instagram/marlon.s.cancer

Lokasi Kampung Wunga

Kampung Wunga terletak di Desa Wunga, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur. Jarak tempuhnya sekitar 63 kilometer dari Kota Waingapu atau sekitar 1 jam perjalanan.

Untuk penginapan terdekat berada di Pantai Puru Kambera, atau pengunjung juga biasa menginap di hotel yang berada di Kota Waingapu.

Jika merasa lapar, pengunjung bisa menemukan tempat makan sederhana dalam kisaran 5 kilometer di luar obyek wisata.

Kegiatan menenun di Kampung Wunga. Foto: instagram/rein.hard.35

Tempat Unik di Sekitar Kampung Wunga

Di Desa Wunga, kita bisa menemukan berbagai tempat unik lainnya yang tak kalah menarik.

Diantaranya adalah Bata Wacu atau jembatan batu di Tanjung Sasar, Lendu atau sumber mata air dengan akses jalan menggunakan tangga kayu.

La Ngorana atau sebuah gunung tinggi yang berbentuk seperti wajah parang, Pangora Mbandul atau sebuah bukit yang berbentuk seperti ujung senjata,

Awu Jawa atau dua batang bambu keramat yang tumbuh di tengah hutan Wunga.

1. Berkunjung ke Danau Waimulung

Danau Waimulung di Sumba Timur. Foto: instagram/ambuhada

Uniknya, Danau Waimulung yang menjadi habitat buaya dan dilindungi oleh warga sekitar.

Hal ini terkait dengan kepercayaan warga setempat yang menghormati keberadaan buaya. Danau ini berjarak sekitar 50 km dari Kota Waingapu.

2. Berkunjung ke Danau Kalambar Cuna

Obyek lainnya yang tak kalah menarik adalah Danau Kalambar Cuna.

Danau ini berkaitan dengan cerita turun-menurun warga setempat. Konon dahulu ada seorang ibu yang bernama Rambu Pudu Luya yang sedang menjaring ikan di kali.

Kemudian ia mendapatkan seekor belut kecil yang seukuran jari kelingking. Kata belut sendiri dalam bahasa setempat disebut dengan cuna.

Belut tersebut dibawanya pulang, kemudian ditempatkan ke tempurung kelapa. Belut itu bertambah besar, sehingga dipindahkannya lagi ke dalam tempayan.

Ternyata belut itu seiring waktu semakin membesar. Tak hilang akal, ibu itu pun selalu memindahkannya ke tempat yang lebih besar lagi.

Hingga suatu hari, sudah tak ada wadah yang sanggup menampung si belut, sehingga si belut pun dilepaskan ke danau terdekat.

Namun belut itu ternyata memangsa setiap hewan ternak yang mampir ke danau untuk mencari minum.

Masyarakat yang murka dengan keadaan tersebut pun memburu belut tersebut dengan air tuba. Daging belut itupun dibagi-bagikan ke berbagai pelosok Sumba.

Uniknya, konon lemak yang tercecer dalam proses pembagian daging itu berubah menjadi sumber mata air.

Sehingga daerah-daerah yang mendapat daging bagian perut seperti daerah Lewa Kabupaten Sumba Timur dan wilayah Sumba Tengah mememiliki banyak sumber mata air.

Mengingat dagiang bagian perut mengandung banyak lemak. Sedangkan daerah lainnya yang mendapat daging tak berlemak cenderung memiliki sedikit mata air.

Sseperti daerah Umalulu sampai Wulla Waijilu. Wah unik sekali ya cerita legenda Danau Kalambar Cuna.

Baca juga: 5 Pilihan Desa Adat di Sumba

You may also like...

Exit mobile version