Festival pasola merupakan salah satu festival yang populer di kabupaten Sumba Barat. Umumnya, pasola terdiri dari kata “sola” dan “hola”.
Dimana kata tersebut diartikan sebagai lembing kayu yang akan digunakan saat menunggang kuda. Dan kemudian, saat ini dikenal sebagai pasola atau pahola yang dijadikan permainan.
Jadi, dapat diartikan kalau pasola atau pahola merupakan permainan ketangkasan yang saling melempar sebuah lembing kayu diatas kuda.
Tahukah anda kalau pasola ini menjadi sebuah festival yang akan dinanti-nantikan oleh banyak orang.
Nah, jika anda ingin mencari tahu lebih dalam lagi mengenai festival pasola, maka anda dapat menyimak pada pembahasan yang sudah ada dibawah ini.
Sejarah Festival Pasola
Konon katanya, awal mulanya berasal dari seseorang wanita sudah janda dan cantik dengan nama Rabu Kaba diwilayah Waiwuang.
Telah diketahui kalau Rabu Kaba memiliki seorang suami dengan nama Umbu Amahu yang merupakan seorang pemimpin di Waiwuang.
Ada dua orang juga yang menjadi pemimpin lainnya selain Umbu Amahu, seperti Bayang Amahu dan Ngongo Tau Masusu.
Disuatu saat ketiga pemimpin tersebut memberitahukan pada warganya tentang mereka ingin melaut. Akan tetapi, mereka berpergian ke selatan pantai Sumba Barat dengan tujuan mengambil padi.
Baca Juga ya :
- Catat 5 Bahasa Sumba yang banyak digunakan di pulau sumba
- Uniknya Pernikahan Adat Sumba dan Maharnya yang Fantastis
Para warga kampung Waiwuang menanti ketiga pemimpin tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama, tetapi mereka pun belum pulang juga.
Lalu, warga menyangka bahwa ketiga pemimpin tersebut sudah tiada lagi sehingga warga mengadakan perkabungan.
Masih dalam keadaan yang berduka, janda cantik Rabu Kaba cinta asmara dengan seseorang yang bernama Teda Gaiparona dari wilayah Kodi.
Namun, perkawinan dari Rabu Kaba dan Teda Gaiparona tidak disetujui oleh keluarganya sehingga mereka melakukan perkawinan lari.
Dan disuatu ketika, ketiga pemimpin dari Waiwuang (Umbu Amahu, Bayang Amahu dan Ngongo Tau Masusu) kembali lagi ke kampung halamannya.
Lalu Umbu Amahu mencari istrinya tadi yang telah kawin lari dengan Teda Gaiparona, tapi Rabu Kaba tidak mau kembali lagi.
Rabu Kaba meminta tanggung jawab kepada Teda Gaiparona atas belis (barang-barang yang berharga) yang diberikan oleh keluarga Umbu Dulla. Lalu Teda Gaiparona menyanggupinya hingga membayar belis tersebut.
Setelah belis sudah dilunasi semuanya, langsung diadakan upacara yang berbentuk pasola dengan tujuang untuk melupakan apa yang menjadi kesedihan mereka semua.
Baca juga ya:
- Pantai Lailiang Sumba yang indah
- Inilah 5 Toko Oleh Oleh Khas Sumba yang Layak Disinggahi Traveler
Proses Upacara Festival Pasola
Pasola diawali dari pelaksanaan yang bernama adat nyale. Pada umumnya, adat nyale menjadi sebuah upacara dalam rangka mengucap syukur atas berkat yang telah didapati. Dan, ini juga menjadi upacara atas kedatangan dari musim panen serta cacing laut yang banyak di tepi pantai.
Ada tersebut biasanya dilaksanakan pada bulan purnama. Perlu diketahui oleh anda kalau cacing laut yang ada disana disebut sebagai nyale. Para Rato memprediksi bahwa nyale akan keluar dipagi hari atau sesudah mulai terang.
Apabila nyale gemuk dan terlihat sehat serta warna-warni, maka ini diartikan bahwa tahun tersebut bisa mendapatkan banyak kebaikan. Begitupun dengan sebaliknya, jika nyale kurus dan tidak sehat, maka ini akan mendatangkan malapetaka.
Festival pasola biasanya dapat dilaksanakan apabila nyale ada dan diadakan di bentangan padang yang luas. Setiap kelompok akan terdiri atas kurang lebih 100 pemuda dengan senjata tombak yang terbuat kayu. Dimana tombak tersebut berdiameter sekitaran 1,5 cm dan tumpul.
Tumpul bukan berarti tidak berbahaya, tetap saja ini bisa berdampak pada jiwa manusia. Apabila dalam atraksi di festival pasola tersebut mendapatkan korban, maka ini diartikan sebagai hukuman yang berasal dari dewa, karena telah membuat pelanggaran.
Manfaat Diadakanya Festival Pasola
Pasola bukan hanya sekedar bentuk keramaian saja, justru ini menjadi suatu bentuk pengabdian serta aklamasi ketaatan pada sang leluhur. Pasoloa adalah kultur religius yang akan mengungkapkan inti dari religiositas dari agama Marapu.
Festival pasola akan menjadi perekat jalinan tentang persaudaraan dari dua kelompok yang mengikuti kegiatan pasola dan masyarakat umum.
Perlu diketahui oleh anda kalau pasola ini menggambarkan rasa terimakasih atau syukur dan kegembiraan bagi masyarakat setempat, sebab hasil panen yang berlimpah.
Umumnya, pasola bisa dijadikan sebagai tonggak untuk kemajuan dari pariwisata Sumba. Pasalnya, kegiatan dari budaya ini menjadi salah satu kegiatan yang sudah dikenal oleh banyak orang mancanegara.
Hal ini bisa dilihat dari para turis asing yang datang kesana untuk melihat atraksi dari festival pasola.