6 Kain Etnik Khas Indonesia yang Harus Kamu Punya

Indonesia dengan ratusan suku dan etnis membuat negeri ini memiliki banyak jenis kain etnik khas Indonesia. Banyak di antaranya sudah terkenal ke kancah internasional. Dibawa oleh para perancang busana dalam panggung fashion dunia. Atau dibawa oleh para turis mancanegara sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke Nusantara.

Anda sebagai orang Indonesia tentunya harus tahu kain etnik khas Indonesia apa saja yang dimiliki negeri ini. Trip Sumba telah merangkum 6 jenis kain etnik khas Indonesia dari  berbagai tempat yang harus anda miliki

Ulos

Sumber: beritasatu.com

Mendengar namanya pasti anda sudah tidak asing. Langsung teringat dengan salah satu suku besar di Indonesia dai pulau Sumatera. Ulos, kain etnik khas batak sudah dikenal oleh banyak orang. Ulos sendiri dalam bahasa batak memiliki arti “kain” dan memiliki makna “kehangatan. Kain Ulos dominan dengan warna merah, hitam dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Awalnya Ulos dipakai dalam bentuk seledang atau sarung saja. Dikenakan pada perhelatan resmi atau upacara adat batak. Tapi kini banyak yang bisa kita jumpai dalam bentuk souvenir seperti tas dan pakaian.

Tenun Ikat Sumba

Sumber: liputan6.com

Dari namanya jelas kain etnik ini khas Sumba. Salah satu pulau terindah yang ada di dunia ini juga memiliki kain khas yang tak kalah indah. Bahkan lebih dulu pamor dibanding destinasi pariwisata nya. Tenun ikat Sumba terkenal akan kualitas dan keunikannya dari bahan, motif dan proses pembuatannya. Satu lembar kain lebar membutuhkan 42  langkah pembuatan. Sehingga satu kain saja memerlukan waktu 4 sampai 6 bulan untuk selesai. Tak heran jika harganya bisa tinggi. Karena kualitas kain yang terjamin dan proses pembuatan menghabiskan waktu yang lama.

Baca juga: Pernikahan Adat Sumba, dan Maharnya yang Fantastis

Songket

Sumber: tribunnewswiki.com

Songket termasuk kain enik khas rumpun Melayu (Indonesia, Malaysia dan Brunei). Songket berasal dari kata “sungkit” yang artinya mengait atau mencungkil. Hal ini disambungkan dengan cara pembuatannya. Ada juga yang mengatakan Songket berasal dari kata songka, songkok khas Palembang. Songket ditenun dengan tangan menggunakan benang logam metalik berwarna emas dan perak, sehingga bisa menghasilkan efek kemilau. Motif-motif yang dibuat mengambarkan hewan dan tumbuhan. Kemudian setiap wilayah memiliki motif khas dengan namanya sendiri.

Lipa’ Sabbe

Sumber: reqnews.com

Lipa’ Sabbe berasal dari suku Bugis di Sulawesi. Dalam bahasa Bugis, Lipa’ Sabbe memiliki arti sarung sutra. Sarung ini memang terbuat dari kain sutra. Dikenakan sebagai bawahan baik untuk perempuan maupun laki-laki. Bagi kaum pria Lipa’ Sabbe dipadupadankan dengan jas tutup dan songkok recca. Sedangkan untuk wanita dipadukan dengan baju bodo. Biasanya Lipa’ Sabbe digunakan pada acara adat, acara pernikahan dan juga sebagai hadiah pernikahan. Sarung khas Bugis ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jumputan

sumber: republika.co.id

Kain Jumputan juga dikenal dengan nama kain pelangi, yang termasuk kerajinan tenun dengan teknik pembuatan jumputan. yaitu teknik ikat celup (tie and dye) untuk menghasilkan motif berwarna tertentu dari yang sebelumnya kain berwana putih polos. Meski melalui proses pembuatan yang sama namun corak dari setiap celupan tidak akan sama. Oleh karena itu kain Jumputan jadi eksklusif dan banyak dicari orang

Lurik

Sumber: goodnewsfromindonesia.id

Lurik adalah salah satu kain tradisional khas Yogyakarta. Nama Lurik berasal dari bahasa jawa “Lorek” yang artinya garis-garis. Motifnya memang bergaris dengan warna suram yang diselingi aneka warna benang. Dahulu Lurik adalah pakaian yang dikenakan oleh rakyat biasa tetapi lama-kelamaan berkembang menjadi kain yang juga dikenakan di lingkungan keraton. Pada mulanya Lurik dibuat dalam bentuk selendang yang berfungsi menjadi kemben bagi wanita atau alat menggendong sesuatu. Namun Lurik juga tidak hanya dimanfaatkan sebagai pakaian tapi juga menjadi status simbol dan fungdi ritual keagamaan

Tapis lampung

Sumber: pesonaindonesia.kompas.com

Sesuai namanya, Tapis Lampung merupakan kain tenus khas Lampung. Dipercaya Kain Tapis sudah ada sejak abada ke-2 sebelum Masehi. Pada masa awalnya kain Tapis memiliki motif yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat akan roh nenek moyang. Tapi kini motifnya berkembang dan semakin beragam, namun tetap memiliki unsur tentang flora, fauna dan kepercayaan pada Sang Pencipta. Hingga saat ini pembuatan kain Tapis Lampung masih dilakukan secara tradisional. Makanya untuk menghasilkan satu helai kain bisa memakan waktu berminggu-minggu

 

You may also like...

Exit mobile version